Sabtu, 19 Maret 2016

DEFINISI DAN PENGERTIAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)

     Kawasan Rumah Pangan Lestari diwujudkan dalam satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga/Dusun (Kampung) yang telah menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (Sekolah, rumah ibadah dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil.

     Kementrian Pertanian telah menyusun konsep Model Kawasan Rumah Pangan Lestari yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjaga keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep model KRPL dilengkapi dengan kelembagaan kebun bibit Desa, Unit pengolahan serta pemasaran untuk penyelamatan hasil yang melimpah (Kementrian Pertanian, 2011)
Berdasarkan pemikiran tersebut, seperti tertuang dalam Pedoman Umum Model KRPL (Kementrian Pertanian, 2011), tujuan pengembanngan Model KRPL adalah :
1.    Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari,
2.    Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan diperkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos,
3.    Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan, dan
4.    Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
Berdasarkan tujuan tersebut sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera (Kementrian Pertanian, 2011)
Perencanaan dan pelaksanaan Model KRPL
Untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan model KRPL, dibutuhkan sembilan tahapan kegiatan seperti telah dituangkan dalam pedoman umum model KRPL (Kementrian Pertanian, 2011), yaitu :
1.    Persiapan, yang meliputi :
a.    Pengumpulan informasi awal tentang potensi sumber daya dan kelompok sasaran
b.    Pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi
c.    Koordinasi dengan dinas pertanian dan dinas terkait lainnya di Kabupaten/Kota
d.    Memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
2.    Pembentukan kelompok  : Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri.
3.    Sosialisasi: menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait.
4.    Penguatan kelembagaan kelompok, dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok:
a.    Mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah
b.    Mampu menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama
c.    Mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi
d.    Mampu untuk bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong royongan)
e.    Mampu untuk bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
5.    Perencanaan kegiatan: melakukan perencanaan atau rancang bangun pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam dengan berbagai tanaman pangan, sayuran dan obat keluarga, ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis sumber daya local, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa, serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu dilakukan penyusunan rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan dinas instansi terkait.
6.    Pelatihan: pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan dilapangan. Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya ikann dan ternak, pembenihan dan pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. Jenis pelatihan lainnya adalah tentang penguatan kelembagaan.
7.    Pelaksanaan : pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh kelompok dengan pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh penyuluh dan petani andalan. Secara bertahap dalam pelaksanaannya menuju pada pencapaian kemandirian pangan rumah tangga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman pangan untuk masa depan, pengelolaan kebun bibit desa dan peningkatan kesejahteraan.
8.    Pembiayaan : bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi pemerintah daerah dan pusat, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta dan dana lain yang tidak mengikat.
9.    Monitoring dan Evaluasi, dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan dan menilai kesesuai kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh kelompok dan dapat juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus, anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yang tersedia dilingkungannya agar berlangsung lestari.
Model KRPL dilaksanakan dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan instansi terkait pusat dan daerah yang masing-masing bertanggung jawab terhadap sasaran atau keberhasilan kegiatan. Secara rinci peran setiap elemen tersebut dapat disimak pada tabel dibawah :
No
Pelaksana
Tugas/peran dalam kegiatan
1.
Masyarakat
·         Kelompok Sasaran
·         Pamong Desa (RT, RW, Kasun) dan tokoh Masyarakat
·         Pelaku utama
·         Pendamping
·         Monitoring dan Evaluasi
2.
Pemerintah daerah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perikanan, Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan dan Lembaga Terkait lainnya)
·         Pembinaan dan pendampingan kegiatan oleh petugas lapang
·         Penanggung jawab keberlanjutan kegiatan
·         Replika kegiatan kelokasi lainnya
3.
·         Pokja 3, PKK
·         Kantor Ketahanan Pangan
Koordinator Lapangan
4.
Ditjen Komoditas dan Badan Lingkup Kementrian Pertanian
Pengembangan Model sesuai Tupoksi Instansi
5.
Badan Litbang Pertanian
·         Membangun Model KRPL
·         Narasumber dan pengawalan imovasi teknologi dan kelembagaan
6.
Perguruan Tinggi/Swasta/LSM
Dukungan dan Pengawalan
7.
Pengembang Perumahan
Fasilitasi Pemanfaatan Lahan kosong dikawasan perumahan
Sumber: Pedoman Umum Model KRPL, Kementrian Pertanian, 2011.
           
Selanjutnya Badan Litbang mengembangkan 6 konsep dalam Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yaitu:
1.    Kemandirian pangan rumah tangga pada suatu kawasan,
2.    Diversifikasi pangan yang berbasis sumber daya lokal,
3.    Konservasi tanaman-tanaman pangan maupun pakan termasuk perkebunan, hortikultura untuk masa yang akan datang,
4.    Kesejahteraan petani dan masyarakat yang memanfaatkan Kawasan Rumah Pangan Lestari,
5.    Pemanfaatan kebun bibit desa agar menjamin kebutuhan masyarakat akan bibit terpenuhi, baik bibit tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, termasuk ternak, unggas, ikan dan lainnya,
6.    Antisipasi dampak perubahan iklim.
2.1.2. Pemanfaatan Pekarangan
Pekarangan merupakan  sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup.
Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga. Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna. Fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan :
a.    bahan makan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya;
b.    sayur dan buah-buahan;
c.    unggas, ternak kecil dan ikan;
d.    rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian;
e.    bahan kerajinan tangan;
Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil penelitian di Yogyakarta (Peny,DH dan Benneth Ginting, 1984), secara umum pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan antara 7% sampai dengan 45%.
Fasilitas Pekarangan.
Dalam pekarangan dilengkapi  beberapa fasilitas yang merupakan kebutuhan anggota  keluarga yaitu: Lahan pertanaman, Kandang ternak, Kolam ikan, Lumbung atau gudang, Tempat menjemur hasil pertanian, Tempat menjemur pakaian, Halaman tempat bermain anak-anak, Bangku, Sumur, Kamar mandi, Tiang bendera, Tiang lampu, Garasi, Lubang sampah, Jalan setapak, Pagar,Pintu Gerbang dan lain-lain.
Zonasi Pekarangan
Zona pekarangan dibagi menjadi halaman depan (buruan), halaman samping (pipir) dan halaman belakang (kebon). Halaman depan  merupakan area penempatan  lumbung, tanaman hias, pohon buah, tempat bermain anak, bangku taman, tempat menjemur hasil pertanian, halaman samping  adalah tempat jemur pakaian, pohon penghasil kayu bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan kamar mandi dan untuk halaman belakang  terdiri dari  bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu, kandang ternak, tanaman industri.
Potensi Pemanfaatan Pekarangan
a.    Tanaman pangan:  umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran, buah, bumbu, obat
b.    Tanaman yang bernilai ekonomi tinggi: buah, sayuran, hias (bunga potong, tanaman pot,tanaman taman)
c.    Ternak: unggas hias, petelur, pedaging. Ikan: hias, produksi daging, dll.
Dengan teknik budidaya sebagai berikut :
1.    Budidaya organik
Budidaya tanaman secara organik – sesedikit mungkin menggunakan bahan anorganik. Bahan organik berasal dari sisa kegiatan hulu pertanian. Bahan-bahan sisa kegiatan pertanian berupa sekam, arang sekam, sabut kelapa, kulit kacang tanah, serbuk gergaji, sampah daun bambu, bahkan sampah rumah tangga dan lumpur endapan kolam ikan. Teknik-teknik baru menggunakan EM4, dekomposisi bahan organik ini menjadi kompos telah dapat dipercepat dari 2-4 bulan menjadi 2-4 minggu.
2.    Vertikulture
Vertikultur adalah usaha pertanian dengan memanfaatkan semaksimal mungkin ruang dalam pengertian 3 dimensi, di mana dimensi tinggi (vertikal) dieksploitasi sehingga indeks panen per satuan luas lahan dapat dilipatgandakan dengan cara bertanam tanaman dengan media selain tanah pada bak-bak tanaman yang diatur bertangga (Cascade planting) --- struktur etage bouw pada pekarangan.
Bertanam dalam pot-pot gantung yang mengisi penuh ruang, yang tahan teduh di bawah dan yang lebih suka panas diletakkan di atas.
3.    Tabulampot
Menanam tanaman buah-buahan didalam pot, dengan syarat media tanam harus mampu menopang tanaman, dapat menyediakan hara, air dan aerasi yang baik. Menanam tanaman buah-buahan (bisa tanaman lainnya: bunga) didalam pot. Pot yang kurang baik, mempunyai aerasi yang buruk sehingga kurang menguntungkan untuk perkembangan akar.
Pemanfaatan Pekarangan Pola KRPL
Pola Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan aktualisasi pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal dengan maksimalisasi produktivitas lahan lain  yang ada di lingkungannya untuk pengembangan ketersediaan pangan yang beranekaragam tiap rumah tangga dalam suatu wilayah desa/dusun/kampung. Konsep KRPL yang ditumbuh kembangkan mempunyai pengertian sebagai kawasan/ wilayah yang dibangun dari beberapa Rumah Pangan Lestari, yakni unit – unit rumah tangga yang menerapkan  prinsip pemanfaatan pekarangan secara optimal yang ramah lingkungan dan ditopang  pula oleh maksimalisasi produktivitas lahan di luar pekarangan di dalam kawasan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya berbasis partisipatif aktif dan kolektifitas/terintegrasi dalam masyarakatnya. Pada hakekatnya KRPL ini merupakan suatu gerakan sekelompok masyarakat yang mandiri untuk meningkatkan kapasitas kemandirian pangannya (aspek ketersediaan, akses, dan keaneka ragaman pangan) secara bersama/ terintegrasi/ kolektifitas melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan sekitarnya secara optimal. Oleh karena itu untuk mewujudkan suatu KRPL di suatu daerah/ wilayah (dalam satuan desa/ dusun/ kampung) selain diperlukan sentuhan terhadap aspek teknis produksi dan ekonomi (technology and economic approach) melainkan juga yang tidak kalah urgensinya adalah adanya sentuhan perekayaan sosial yang berkaitan dengan perubahan perilaku dan peningkatan kapasitas SDM masyarakatnya untuk aplikasi inovasi teknologi pertanian unggul mendukung RPL yang sehat dan bergizi.
Dalam PEDUM Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Kementrian Pertanian, 2011) lahan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik dalam menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak dan ikan.
1.    Pekarangan Perkotaan
Pekarangan perkotaan dikelompokan menjadi empat, yaitu :
a.    Rumah tipe 21 dengan total luas tanah sekitar 36 m2 atau tanpa halaman.
b.    Rumah tipe 36, luas tanah sekitar 72 m2 atau halaman sempit.
c.    Rumah tipe 45, luas tanah sekitar 90 m2 atau halaman sedang, dan
d.    Rumah tipe 54 atau 60 dengan luas tanah sekitar 120 m2 atau halaman luas.
2.    Pekarangan Perdesaan
Pekarangan perdesaan dikelompokan menjadi 4, yaitu:
a.    Pekarangan sangat sempit (tanpa halaman).
b.    Pekarangan sempit (<120 m2).
c.    Pekarangan sedang (120 – 400 m2), dan
d.    Pekarangan luas (>400 m2

B2SA

Generasi Sehat dan Cerdas Berkat Sarapan Sehat

Gambar 1. Piramida Gizi Seimbang
Gambar 1. Piramida Gizi Seimbang
Memiliki anak yang sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Untuk membentuk anak yang sehat dan cerdas tentu kita harus memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak terdiri dari faktor internal yaitu genetik dan faktor eksternal seperti lingkungan dan asupan makanan. Sumber pangan yang sehat dan bergizi tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan karena setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh akan terserap oleh tubuh, terbawa aliran darah untuk menutrisi semua anggota tubuh termasuk otak. Oleh karena itu kita tidak boleh sembarangan dalam memenuhi kebutuhan pangan terutama untuk anak-anak.
Saat ini pemerintah sedang menggalakan pemenuhan gizi yang lengkap dan seimbang melalui menu makanan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) bagi keluarga terutama anak-anak. Menu B2SA adalah aneka ragam bahan pangan (sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) yang dikonsumsi dalam jumlah seimbang untuk memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan serta tidak tercemar bahan berbahaya. Jadi dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari baik sarapan, makan siang dan makan malam harus terkandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan umur dan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan yang ideal.
Permasalahannya adalah belum semua anak terbiasa untuk sarapan atau apabila mereka sarapan maka menunya belum termasuk sarapan sehat yang sesuai dengan prinsip B2SA. Menurut data, hampir 60% anak Indonesia belum memiliki kebiasaan sarapan, penyebabnya adalah 59% sulit membangunkan anak dari tidurnya untuk sarapan, 19% sulit mengajak anak untuk sarapan, sulit meminta anak menghabiskan sarapan dan 6% khawatir anak terlambat sekolah karena sarapan [1]. Hasil penelitian menunjukan hampir separuh (44.6%) anak usia sekolah sarapan dengan kualitas gizi rendah, sekitar 44.6% energi, 35.4% protein, 67.8% vitamin A, 85.0% zat besi, 89.4% kalsium, dan 90.3% serat. Anak hanya memperoleh gizi <15% AKG dari sarapan. Padahal sarapan yang sehat diharapkan mampu memenuhi sekitar 15—30% AKG [2].
Sarapan sehat memberikan banyak manfaat bagi anak-anak diantaranya:
  1. Memberikan energi untuk memulai aktivitas setelah enam hingga delapan jam tubuh tidak mendapatkan asupan makanan setelah tertidur. Oleh karena itu, apabila anak tidak sarapan akan membuatnya menjadi lemah karena kekurangan energi
  2. Meningkatkan kecerdasan, seorang anak menjadi mudah untuk konsentrasi, aktif dan bersemangat untuk mengikuti pelajaran ketimbang anak yang tidak sarapan
  3. Menghindarkan anak mengkonsumsi makanan yang kurang menyehatkan yang banyak ditemui di luar
  4. Menghindarkan resiko berat badan berlebih, karena apabila tidak sarapan akan mendorong anak lebih banyak makan disiang hari lantaran terlalu lapar
  5. Memenuhi pemenuhan gizi seimbang sehingga mengoptimalkan masa pertumbuhannya
Gambar 2. Persentase Porsi Makan Berdasarkan Waktu makan, Sumber Gambar: MWA Consulting and Training
Gambar 2. Persentase Porsi Makan Berdasarkan Waktu makan, Sumber Gambar: MWA Consulting and Training
Gambar 2 di atas menunjukan bahwa sarapan menyumbang porsi 20% terhadap pemenuhan kebutuhan pangan setiap harinya. Oleh karena itu sarapan tidak boleh dianggap sepele mengingat porsinya hampir sama dengan makan siang serta makan malam karena baik kelebihan maupun kekurangan gizi akan sangat berdampak pada tumbuh kembang anak. Seorang anak dengan usia 7-12 tahun membutuhkan 1800 hingga 2050 kilo kalori (kkal), dan kebutuhan protein 45 sampai 50 gram untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap hari. Besarnya porsi bagi pemenuhan gizi setiap harinya untuk anak usia 7-12 tahun berturut-turut, makanan pokok 4-5 porsi, lauk hewani 2-3 porsi, lauk nabati 3 porsi, sayuran 3 porsi, buah 3-4 porsi, susu 1 porsi (bisa diganti dengan lauk hewani), gula 2.5-3 porsi, minyak 4 porsi dan air 1.6-1.9 liter . Kebutuhan gizi tersebut harus terpenuhi dalam masa tumbuh kembang seorang anak.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan agar anak termotivasi untuk sarapan:
  1. Ajari anak untuk bangun lebih awal agar dia lebih siap memulai aktivitasnya dan menyempatkan waktu untuk sarapan
  2. Memberikan contoh kepada anak untuk sarapan sehat
  3. Sarapan dilakukan bersama dengan seluruh anggota keluarga sehingga anak lebih bersemangat. Sarapan bersama juga dapat menjadi media untuk mendekatkan anak dengan orang tua disela-sela aktivitas dan kesibukan masing-masing
  4. Menyajikan menu sarapan sehat yang variatif dan menarik agar anak tertarik mengkonsumsinya. Sarapan sehat adalah sarapan yang menyehatkan dan mampu memberikan asupan gizi lengkap serta seimbang bagi tubuh. Sarapan sehat harus mengandung cukup karbohidrat, protein, serat, vitamin, mineral serta rendah lemak. Berbagai sumber pangan sarapan sehat dapat dipadu padankan satu dengan lain sehingga membentuk perpaduan warna yang menarik.
Di bawah ini adalah beberapa contoh sarapan sehat yang dapat disajikan untuk anak-anak:
Nugget Tahu Sayuran, dalam menu ini terdapat sumber karbohidrat (terigu), protein (telur, tahu), Vitamin  dan Serat (sayuran), dan Lemak (minyak).
Gambar 3. Nugget Tahu Sayuran
Gambar 3. Nugget Tahu Sayuran
Nasi dan Lauk yang Dibentuk Menarik, nasi beserta lauk dan sayuran dibentuk semenarik mungkin agar anak termotivasi untuk sarapan. Sajikan dengan beragam sumber gizi dan warna yang berbeda.
Gambar 4. Nasi dan Lauk dibentuk menarik
Gambar 4. Nasi dan Lauk dibentuk menarik
Roti Panggang Seledri, disajikan bersama susu dan buah agar sarapan menjadi lengkap dan seimbang.
Gambar 5. Roti Panggang Seledri
Gambar 5. Roti Panggang Seledri
Oatmeal, tambahkan buah sebagai toping, misalnya buah pisang sebagai sumber serat. Oat kaya akan kalsium, zat besi, riboflavin dan vitamin A yang mampu memberikan energi lengkap bagi anak.
Gambar 6. Oatmeal dengan Toping Buah
Gambar 6. Oatmeal dengan Toping Buah
5. Apabila anak enggan melakukan sarapan maka ada baiknya membekali anak dengan makanan dari rumah untuk menghindari jajanan berbahaya di luar.
Gambar 7. Buatkan Bekal Apabila Anak Belum Mau Sarapan
Gambar 7. Buatkan Bekal Apabila Anak Belum Mau Sarapan
Sarapan sehat jelas sangat berperan dalam pemenuhan gizi lengkap dan seimbang. Manfaatnya sangat besar bagi perkembangan anak dalam rangka pembentukan generasi yang sehat dan cerdas. Oleh karena itu sarapan sehat tidak boleh dihiraukan. Biasakan anak untuk sarapan sejak kecil agar Ia tumbuh menjadi generasi yang sehat dan cerdas

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)



Gerakan P2KP merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan dan merupakan salah satu kunci sukses pembangunan pertanian di Indonesia. P2KP dilaksanakan dalam tiga bentuk kegiatan utama yaitu: (a) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari; (b) Pengembangan Pangan Lokal; serta (c) Promosi dan Sosialisasi P2KP. Kegiatan P2KP telah dilaksanakan sejak tahun 2010 hingga saat ini dengan berbagai sasaran dan capaian yang terus berkembang.
Sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 sebanyak 5700 desa yang tersebar di 363 kabupaten/kota di 33 provinsi dengan kelompok sasaran adalah kelompok wanita telah melaksanakan kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan, dan pada tahun 2013 direncanakan ada 5000 desa baru yang tersebar di 497 kabupaten/kota di 33 provinsi akan melaksanakan kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Disamping optimalisasi pemanfaatan pekarangan, kegiatan lain yang dilaksanakan dalam Gerakan P2KP adalah kegiatan pengembangan pangan lokal.
Sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 terdapat 4720 kelompok usaha pangan skala kecil yang tersebar di 329 kab/kota di 33 provinsi dan telah diberikan bantuan berupa alat penepungan sederhana, kemudian kelompok tersebut mengolah pangan lokal yang ada (seperti singkong, ubi, sukun, talas, ganyong, dll) menjadi tepung dan tepung tersebut diolah menjadi berbagai aneka kudapan yang lezat. Aneka kudapan/snack tersebut dikonsumsi dan dijual kepada masyarakat sekitar baik di warung, pasar, maupun kantin sekolah. Selain itu pada tahun 2012 telah dikembangkan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) yang merupakan pilot project dari upaya untuk menciptakan pangan pokok alternatif selain beras dan terigu berbasis sumber daya lokal seperti singkong, sagu, dan jagung. Kegiatan ini dilaksanakan di 10 kab/kota pada 9 provinsi, dan pada tahun 2013 direncanakan akan dilaksanakan di 30 kab/kota pada 19 provinsi.
Gerakan P2KP dilaksanakan melalui kegiatan advokasi, sosialisasi, dan promosi. Advokasi dilakukan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota untuk menerbitkan peraturan daerah mengenai P2KP dan sampai saat ini telah diterbitkan sekitar 100 peraturan daerah baik dalam bentuk Pergub/Perbup/ Perwalikota ataupun surat edaran. Selain itu, para pemangku kepentingan diharapkan berkontribusi aktif dalam gerakan P2KP seperti One Day No Rice di kota Depok dan Manggadong di Sumatera Utara yang sempat tercatat dalam Rekor Muri tahun 2012.
Sosialisasi dilakukan melalui upaya penyuluhan kepada kalangan wanita (ibu) dan anak usia dini mengenai pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA), penyebarluasan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang Perpres Nomor 22 tahun 2009 dan Permentan Nomor 43 tahun 2009, pembuatan film semi dokumenter tentang pangan lokal di 6 provinsi, serta iklan di media massa baik penyiaran jingle di radio maupun penayangan iklan layanan masyarakat di televisi. Promosi dilakukan dengan menggelar pameran diversifikasi pangan bersama dengan para pemangku kepentingan khususnya para pelaku usaha, lomba cipta menu B2SA bersama tim penggerak PKK, serta produksi bahan promosi pangan lokal.

Cara membuat media tanam organik

Berikut ini cara-cara membuat media tanam polybag atau pot dengan menggunakan bahan baku yang telah diterangkan di atas. Untuk membuat media tanam yang baik diperlukan unsur tanah, bahan pengikat atau penyimpan air dan penyedia unsur hara. Bahan baku yang akan digunakan dalam tutorial berikut adalah tanah top soil, kompos dan arang sekam. Berikut langkah-langkahnya:
  • Siapkan tanah yang terlihat gembur dan subur, lebih baik diambil dari bagian paling atas. Kemudian ayak tanah tersebut hingga menjadi butiran-butiran halus. Usahakan tanah dalam keadaan kering sehingga tidak menggumpal. Tanah yang menggumpal akan menyebabkan bahan-bahan tidak tercampur dengan merata.
  • Siapkan kompos yang telah matang, bisa dari jenis kompos biasa, bokashi atau kompos takakura. Ayak kompos atau humus tersebut sehingga menjadi butiran halus.
  • Siapkan arang sekam, silahkan baca cara membuat arang sekam.
  • Campurkan tanah, kompos, dan arang sekam dalam sebuah wadah. Komposisi campuran adalah 2 bagian tanah, 1 bagian kompos dan 1 bagian arang sekam (2:1:1). Aduk hingga merata.
  • Siapkan pot atau polybag, masukkan campuran tersebut kedalamnya. Media tanam sudah siap digunakan.

Membuat media tanam sayuran dalam polybag

Bahan-bahan media tanam organik
Ada banyak ragam material yang bisa dimanfaatkan untuk membuat media tanam mulai dari yang alami hingga yang sintetis. Namun dalam kesempatan kali ini kami hanya akan membatasi pada beberapa bahan organik yang banyak tersedia di alam, murah dan gampang pembuatannya.

a. Tanah (bahan utama)

Tanah yang baik untuk media tanam sebaiknya diambil dari lapisan bagian (top soil). Secara umum terdapat dua tipe tanah yaitu yang harus diperhatikan yakni tanah pasir dan tanah lempung. Tanah yang berpasir memiliki kemampuan drainase yang baik, cepat mengalirkan air namun kelemahannya tanah tersebut buruk dalam menyimpan air sebagai cadangan. Sedangkan tanah lempung lebih sulit ditembus oleh air sehingga akan membuat air tergenang dalam media tanam. Tanah yang baik untuk media tanaman tidak terlalu berpasir dan tidak terlalu lempung, melainkan harus gembur.

b. Kompos atau humus

Kompos merupakan bahan organik yang berfungsi sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman. Kompos yang digunakan untuk media tanam adalah kompos padat, silahkan baca jenis dan karakteristik pupuk kompos. Hampir semua jenis kompos padat bisa digunakan sebagai bahan baku media tanam.
Penambahan bahan-bahan organik seperti kompos atau humus pada media tanam bisa memperbaiki struktur fisik tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation. Kompos yang ditambahkan sebaiknya berupa kompos yang telah matang. Kompos yang belum matang berpotensi mendatangkan hama dan penyakit. Selain itu unsur haranya sulit diserap tanaman karena belum terurai secara penuh.
Selain kompos, bisa juga memanfaatkan humus yang didapatkan dari hutan. Tanah humus memiliki kandungan unsur hara yang tinggi. Bila lokasi anda dekat dengan hutan, tanah humus bisa dicari dengan mudah. Tempat-tempat terbaik adalah disekitar tanaman pakis-pakisan.
Unsur bahan organik lain juga bisa digunakan sebagai pengganti kompos atau humus seperti pupuk kandang atau pupuk hijau. Hanya saja perlu digarisbawahi, sebaiknya gunakan pupuk kandang atau hijau yang telah matang benar dan teksturnya sudah berbentuk granul seperti tanah. Penggunaan pupuk kandang yang belum matang beresiko membawa hama dan panyakit pada tanaman.

c. Arang sekam atau sabut kelapa

Arang sekam merupakan hasil pembakaran tak sempurna dari sekam padi. Arang sekam berguna untuk meningkatkan kapasitas porositas tanah. Penambahan arang sekam pada media tanam akan memperbaiki struktur media tanam karena mempunyai partikel-partikel yang berpengaruh pada pergerakan air, udara dan menjaga kelembaban.
Manfaat arang sekam adalah bisa menetralisir keasaman tanah, menetralisir racun, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, merangsang pertumbuhan mikroba yang menguntungkan bagi tanaman, menjadikan tanah gembur sehingga memperbaiki drainase dan aerasi tanah. Arang sekam lebih baik dibanding sekam padi, karena arang sekam sudah mengalami pembakaran yang bisa menghilangkan bibit penyakit atau hama yang mungkin saja terikut.
Selain arang sekam, bisa juga digunakan sisa-sisa sabut kelapa (coco peat). Sabut kelapa mempunyai sifat seperti arang sekam. Media tanam sabut kelapa cocok digunakan di daerah yang kering dengan curah hujan rendah. Sabut diambil dari bagian kulit kelapa yang sudah tua.